Sel Kanker Itu Bernama Wayne Rooney

2700959-main_image1

Sebagai salah satu penggemar berat Wayne Rooney, berat rasanya untuk menulis artikel yang judulnya saja sudah pedas seperti ini. Namun, kenyataan memang lebih terasa pahit untuk diungkapkan.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Wayne Rooney telah resmi ditunjuk menjadi kapten kesebelasan Manchester United sejak tahun 2014, saat United masih dilatih oleh manajer David Moyes kala itu. Membawa embel-embel pemain dengan gaji termahal di Inggris, di mana Rooney mendapatkan 300.000 poundsterling (atau kurang lebih setara Rp 5,2 Miliar menurut kurs mata uang yang sekarang) per pekannya, sepertinya menjadi poin plus tersendiri bagi United, karena track record Rooney yang sudah menjadi salah satu tulang punggung utama United sejak didatangkan dari Everton pada tahun 2004 silam. Penunjukan Rooney sebagai kapten United dianggap tepat oleh banyak kalangan, karena tidak adanya lagi figur pemain yang sudah lama mengabdi bagi United (mungkin selain Michael Carrick), selepas konfirmasi dari Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, dan Patrice Evra, yang memutuskan bahwa tahun 2014 adalah tahun terakhir pengabdian mereka bagi “The Red Devils” sebelum hengkang ke klub lain.

wayne-rooney-1024_3087899

Namun, ternyata ekspektasi lebih kepada seorang Rooney tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Ada beberapa poin yang menurut saya menunjukkan bahwa Rooney sendirilah yang merusak keseimbangan tim United itu sendiri.

shinji-kagawa_3078917

Pertama, dia membuat banyak pemain yang seharusnya mendapat porsi bermain lebih di posisi yang semestinya menjadi terpinggirkan, baik tergusur ke bangku cadangan maupun harus berganti posisi yang bukan posisi natural mereka. Contohnya adalah Shinji Kagawa. Playmaker asal Jepang ini tidak diragukan lagi kualitasnya saat bermain sebagai seorang “Number 10” atau saat ia bermain di belakang striker di Borussia Dortmund. Bahu-membahu dengan Robert Lewandowski, Kagawa sukses menampilkan penampilan atraktif dan assist brilian kepada Lewandowski seperti yang ia tunjukkan saat di final DFB Pokal tahun 2012, dan membantu Dortmund mengangkangi tim sekaliber Bayern Munich di liga dan piala domestik Jerman saat itu. Namun, saat bermain untuk United, khususnya di musim 2013/2014, Kagawa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk di bangku cadangan, dan kalau pun mendapat kesempatan bermain, ia harus bermain di posisi sayap kiri, posisi yang membuat Kagawa tidak mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah karena ketidakberanian seorang David Moyes sebagai manajer untuk men-drop Rooney ke bangku cadangan, terlepas dari apapun performa yang Rooney tampilkan. Memang kasus Kagawa agak debatable, karena bisa saja memang ia tidak cocok bermain di Premier League yang mengandalkan kontak fisik dan tidak sesuai dengan postur ala orang Asia-nya yang kecil. Namun, agak harsh juga untuk menilai demikian, karena Kagawa sendiri jarang mendapatkan menit bermain yang ia butuhkan karena posisi naturalnya yang sudah di-tag oleh seorang Rooney.

FBL-ENG-PR-CHELSEA-EVERTON

Manchester United v Fulham - Premier League

Lain pemain, lain pelatih, lain era, namun permasalahannya tetap sama. Di era kepelatihan Louis van Gaal (LVG), Rooney tetap menjadi pilihan utama untuk mengisi starting eleven United di setiap pertandingan yang mereka lakoni, baik sebagai striker tunggal di depan maupun sebagai “Number 10 role”. Di awal musim 2015/2016 kemarin, keberadaan Rooney sebagai striker utama sempat membuat banyak fans United resah karena Rooney tidak lagi memiliki finishing touch dan pace yang mumpuni seperti lima tahun silam. Banyak yang menyesalkan keputusan LVG untuk terus memainkan Rooney dan malah menggeser wonderkid Anthony Martial, yang saat itu mencetak 4 gol dari 4 pertandingan awalnya bersama United, ke posisi sayap kiri. Mandulnya Rooney ditambah dengan buruknya implementasi “filosofi” LVG membuat United sering mengakhiri pertandingan dengan skor tanpa gol pada tahun 2015. Saat menjadi “Number 10” pun, Rooney membuat posisi seorang Juan Mata, playmaker asal Spanyol yang sebelumnya terkenal akan kemampuannya melepaskan through pass dan tendangan dari luar kotak penaltinya saat bermain bersama Chelsea, harus bergeser ke sayap kanan. Hal ini tentunya membuat sulit seorang Mata yang tidak memiliki kecepatan sebagai seorang winger, dan sering membuat serangan United mandek dan kembali berputar-putar ke belakang atau ke tengah saat bola berada di kaki Mata. Penampilan Mata sejauh ini tidak bisa dikatakan buruk, namun juga tidak bisa dipungkiri bahwa performa Mata bersama United tidaklah seoptimal dan sementereng saat ia masih berseragam Chelsea, karena ia banyak menghabiskan waktu bermain di posisi yang bukan posisi aslinya, dan lagi-lagi karena posisinya sudah di-booking oleh Rooney, sang kapten yang tidak bisa digusur posisinya.

Wayne Rooney Testimonial: Manchester United v Everton

Di era baru di bawah asuhan manajer Jose Mourinho, United kini memiliki seorang playmaker kreatif lainnya dalam diri seorang Henrikh Mkhitaryan. Pemain asal Armenia berusia 27 tahun yang merupakan salah satu pilar kunci Dortmund musim lalu dengan membuat 23 gol dan 32 assist di seluruh kompetisi, diharapkan mampu menularkan kreativitasnya saat didatangkan Mou ke United pada musim ini. Namun, sampai saat artikel ini selesai ditulis, di mana United sudah memainkan 4 pertandingan di awal musim 2016/2017, baik dalam ajang Community Shield dan Premier League, Mkhitaryan malah lebih banyak menghabiskan waktunya dengan duduk di bangku cadangan. Agak terlalu dini rasanya untuk berpikiran negatif, namun melihat dengan apa yang terjadi dengan Kagawa dan Mata sebelumnya, semoga saja Mkhitaryan tidak menjadi another wasted potential karena menjadi korban ketidakberanian manajer United saat ini, Mou, untuk membangkucadangkan Rooney dan menaruh Mkhitaryan di posisi yang semestinya. Semoga saja.

1721561-36429585-2560-1440

Hal lain yang menjadi concern akan penunjukkan Rooney sebagai seorang kapten adalah, ia terlihat tidak seperti seorang kapten yang berjiwa leader, yang mampu memotivasi atau membangkitkan semangat dari rekan setimnya, terutama saat timnya sedang kalah. Kita tidak akan mendapatkan semangat berapi-api ala Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, apalagi kharisma layaknya pemimpin ala seorang Roy Keane, kapten legendaris United, dari seorang Rooney. Malah, pemain United yang tergolong baru-baru ini bergabung seperti Bastian Schweinsteiger, misalnya, terlihat lebih mampu memberi arahan terutama kepada pemain-pemain United yang berusia lebih muda, layaknya seorang mentor pada umumnya. Atau misalnya kiper David De Gea, yang berjuang keras untuk memberikan komando kepada rekan-rekan setim di depannya agar gawangnya tetap aman dari ancaman lawan, bahkan ia tidak segan untuk memarahi para pemain belakang United yang kerap kali tidak terkoordinasi dengan baik. Bukan tidak mungkin di masa depan De Gea akan menjadi kapten United, mengingat track record kiper yang menjadi kapten bagi klub maupun tim nasional sudah sangat banyak dan teruji. Apalagi performa De Gea yang bagaikan tembok di bawah gawang United banyak berperan dalam menyelamatkan United dari nasib buruk di setiap musimnya, rasanya pantas apabila The Spanish Dave menyandang ban kapten suatu saat kelak.

swt2ovhg-prouldsw3-gos82k5nzwxvtgtjmh3p5-oa

4522976

Kembali lagi ke masalah Rooney. Bila kita mau melakukan flashback ke 7-8 tahun silam, penampilan Rooney yang sekarang, harus diakui sudah jauh melewati masa keemasannya. Pace, finishing touch, dribble skill, body balance hingga shooting power dari Rooney sudah jauh menurun dan tidak lagi menakutkan seperti saat Rooney masih bermain bersama Cristiano Ronaldo dan Carlos Tevez, ataupun seperti saat musim 2009/2010 dan 2011/2012 saat dia berturut-turut berhasil menceploskan 26 dan 27 gol di Premier League. Bila kita ingin berdalih bahwa “Rooney kini sudah lebih berumur dibandingkan musim-musim tersebut”, tidakkah pemain seperti Zlatan Ibrahimovic, Frank Lampard, ataupun Cristiano Ronaldo masih tetap konsisten menjadi threat bagi tim lawan di usia mereka yang sudah berkepala tiga, terlepas dari kemampuan extraordinary yang mereka miliki? Jadi saya kira usia bukanlah alasan yang tepat untuk menyangkal turunnya performa Rooney dalam beberapa musim terakhir ini.

2dc483e200000578-3288963-wayne_rooney_endured_a_frustrating_afternoon_at_old_trafford_in_-a-17_1445802352074

Selain itu, hal yang paling signifikan menghilang dari seorang Rooney adalah passion atau gairahnya di setiap pertandingan. Wayne Rooney yang kita kenal dulu adalah seorang pemain yang bila dirinya ditekel oleh pemain belakang lawan, ia akan segera bangkit dan malah mempercepat laju larinya saat masuk ke daerah pertahanan lawan. Rooney yang dulu juga pemain yang aktif memberikan pressure saat bola masih berada di kaki pemain lawan. Berbeda dengan Rooney yang sekarang, di mana bahasa tubuhnya seolah mengatakan “I can’t be arsed anymore about this match, at least I could get 300.000 pounds per week and spending my summer holiday with playing some golf”, alias sudah tidak begitu peduli lagi dengan keadaan tim saat tengah bertanding. Itu terlihat dengan jelas bagaimana bahasa tubuh Rooney di lapangan yang seolah begitu lemas, berbanding terbalik dengan Cristiano Ronaldo, misalnya, yang masih meluap-luap emosinya saat timnya kebobolan atau ketika melihat dirinya gagal mencetak gol ke gawang lawan.

Tidak dipungkiri juga Rooney masih sering berkontribusi untuk gol yang diciptakan United, bahkan hingga awal musim 2016/2017 digulirkan. Ia memang masih suka mencetak gol atau membuat assist bagi rekan setimnya. Namun, Rooney seolah membutuhkan 10 peluang emas yang dibuang percuma untuk menghasilkan satu gol di setiap pertandingan, dengan kata lain masih belum dapat menutupi kenyataan bahwa performa yang ditampilkan Rooney sebagian besar adalah performa yang tidak in-form.

manchester-united-v-norwich1

Mungkin alasan terakhir yang akan digunakan oleh para fans Rooney yang denial akan performa idolanya yang anjlok adalah, faktanya ia adalah pemain United yang masih aktif saat artikel ini ditulis, yang paling mendekati rekor gol terbanyak klub milik Sir Bobby Charlton, yakni 249 gol. Sebuah rekor pribadi yang harus diakui memang impresif. Namun, dulu klub ini juga memiliki dua goal-getter hebat dalam diri Ruud van Nistelrooy (RVN) dan tentunya sang superstar Cristiano Ronaldo. RVN mampu menceploskan 150 gol selama berkarir bagi United dari tahun 2002 hingga 2006, sementara Ronaldo, meskipun dirinya saat bermain bersama United adalah seorang winger, tak perlu panjang kata lagi untuk menjelaskan seberapa exceptional pemain yang satu itu. Jika saja dua pemain tersebut bermain lebih lama untuk United, setidaknya tiga musim saja lebih lama, bukan tidak mungkin rekor Sir Bobby telah lama pecah dan mungkin sekarang yang dikejar oleh seorang Rooney adalah rekor gol dari salah satu di antara mereka.

rvn

97030302

Mungkin berbagai macam faktor, seperti perlakuan yang seolah menjadikan Rooney sebagai anak emas (gaji termahal + ban kapten + seperti apapun performanya saat pertandingan tidak akan pernah digusur ke bench) dan sanjungan berlebihan ala media Inggris pada umumnya saat Rooney mencetak satu gol, misalnya, telah membuat Rooney merasa kepedean dan akhirnya mengurangi effort yang ia lakukan di setiap pertandingan, yang ironisnya ia lakukan saat menjadi kapten klub. Tidak lupa Rooney pernah meminta untuk hengkang dari United sebanyak dua kali, yang membuat gempar jagat persepakbolaan Eropa. Padahal, sebagaimana yang sering dikatakan fans United sendiri, “NOBODY IS BIGGER THAN THE CLUB”. Sir Alex Ferguson, di akhir masa kepelatihannya bersama United, menyatakan bahwa Rooney ingin meninggalkan United dan klub siap untuk melepasnya begitu saja ke klub yang menginginkannya, hal yang sempat membuat David Moyes yang baru ditunjuk menjadi manajer United saat itu pusing sendiri untuk mempertahankan Rooney di tengah saga yang tengah berlangsung, apalagi gosipnya Rooney saat itu berada dalam incaran Chelsea yang siap untuk menampungnya. Saya pribadi merupakan orang yang tidak setuju dengan Sir Alex apabila Rooney harus hengkang, apalagi Rooney merupakan salah satu icon United yang tersisa saat itu. Namun, seperti yang sering kita dengar, perkataan orang tua seringkali ada benarnya.

091714-wayne-rooney-sir-ale-vresize-1200-675-high-15

Saya sendiri tetap berharap yang terbaik untuk Rooney, semoga saja Rooney segera memecahkan rekor gol milik Sir Bobby Charlton secepatnya, untuk kemudian tidak ada alasan lagi untuk tidak membangkucadangkan Rooney saat dirinya tidak dalam performa terbaiknya, dan tentunya agar Rooney di hari tuanya dapat meninggalkan United dengan tenang, karena dirinya telah membuat rekor pribadi yang menjadikan dirinya pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah bagi klub, dan tak perlu lagi membuat United repot karena tidak ada lagi seorang kapten dengan gaji termahal yang penampilannya angin-anginan di lapangan. Simbiosis mutualisme, bukan?

YOU-EITHER-DIE-A-HERO-OR-YOU-LIVE-LONG-ENOUGH-TO-S
Quote for Wayne Rooney

So, what’s next for your future, Roo? China or MLS?

9 Comments Add yours

  1. sepikiran. sad but true

    Like

  2. fred the red says:

    Rooney fans not united fans…..MU not just Rooney dude….

    Like

  3. Arief Rakhman says:

    Ahh sotoy aja lu.. Justru lu yg denial bahwa Rooney msh dibutuhkan tim. Semua org boleh menilai sih, tp pertimbangan klub dan pelatih lah yg menentukan. Tentunya ada faktor yg membuat sosok Rooney seolah2 tak tergantikan. Terbukti musim baru dimulai Wazza udh nyumbang assist n gol.

    Udah.. Nikmati aja masa2 kelam United selama 3 musim kmrn. Semoga musim ini juara dan cibiran spt ini akan luntur dgn sendirinya.

    Like

  4. Alfian says:

    saya setuju aja kok dgn argumen siapa pun, saya juga gak munafik rooney bisa dibilang udh habis. tapi gak habis total.

    tapi mungkin pengalaman rooney ini yg bisa dibagi dan dia org yg sederhana. jadi gaada yg canggung buat siapa pun bertanya ke dia.

    keren bro artikelnya hehe 😀

    Like

  5. N Firmansyah says:

    Benar-benar menyakitkan sih, tapi ya emang gitu adanya. Mkhitaryan lebih potensial dari Rooney.

    Like

  6. Rick says:

    Gue dari kecil yaemang udah idolain banget dah ama Rooney biar he is reason why i love number 10, he is reason why i playing in centre forward but, this time to say goodbye, give a chance for younger player, capt 😊

    Like

  7. FAISAL says:

    Kalau masalah skill seperti drible, shoot dan segala macam saya setuju kalau menurun, dan tapi kalau “passion” saya kurang setuju, masih ingat final piala FA yang baru aja dimenangkan? Goal penyeimbang pertama Juan mata adalah dari pergerakan luar biasa rooney, dan yang terakhir Goal rashford vs Hull, juga dari assist rooney, dan kalau pendapat agan rooney tidak perduli lagi dengan united, i think you wrong dude, rooney still have a passion, and dont look just from one side, we still need “captain”, Sory, One Love United ♡

    Like

  8. luthfirahmad says:

    Really good post bro, walaupun gua bukan penggemar united tapi bisa ngeliat alasan kenapa banyak yang ga terlalu suka dengan perform Rooney di atas lapangan sekarang ini. Btw, i am Chelsea fans. It’s so sad to see Mata play for the other side 😢😢

    Once again, great post!

    Like

  9. mufc29 says:

    Mungkin perlu ditambahkan di artikelnya, ini bukan cuma masalah Rooney sudah memberi assist atau tidak. Dia memang sudah memberi assist tp masalah captaincy bukan cuma soal memberi assist, tp jg membimbing ritme di lapangan secara keseluruhan. Itu yg Rooney tidak punya dr kapten2 sebelumnya.

    Like

Leave a reply to Pasio Ysrael Gultom Cancel reply